BAB 7, BAB 8, DAN BAB 9 ILMU BUDAYA DASAR




BAB 7

MANUSIA DAN KEADILAN

A.    PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda.
Keadilan oleh Plato diproyeksi pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Menurut Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Kong Hu Cu berpendapat, keadilan terjadi apabila anal sebaga anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

B.     KEADILAN SOSIAL
Untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1)      Perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotoroyongan
2)      Sikap adil  terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain
3)      Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4)      Sikap suka bekerja keras
5)      Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan, yaitu :
1)      Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan
2)      Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayaan kesehatan
3)      Pemerataan pembagian pendapatan
4)      Pemerataan kesempatan kerja
5)      Pemerataan kesempatan berusaha
6)      Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita
7)      Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8)      Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan

C.     BERBAGAI MACAM KEADILAN

1.       Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dalam hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan , Sunoto menyebutka keadilan legal.
2.       Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama (justice is done when equals are treated aqually).
3.       Keadilan Komulatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ektrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan mengahancurkan pertalian dalam masyarakat.

D.    KEJUJURAN
Kejujuran atatu jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum.
Kejujuran bersangkutan erat dengan masalah nurani. Menurut M. Alamsyah dalam bukunya Budi Nurani, filsafat berfikir, yang selanjutnya disebut nurani adalah sebuah wadah yang ada dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran, ketulusan dalam meneropong kebenaran lokoal maupun kebenaran Illahi. (M. Alamsyah, 1986: 83)

E.     KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dari hatinya sudah beniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa tenaga dan usaha.
Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebih dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bil masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban, dan aspek teknik.

F.     PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
a)      Manusia menurut sifat dasarnya adalah mahluk moral
b)      Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Untuk memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan meminta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat budi darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang, tanpa pamrih , taqwa kepada Tuhan dan mempunyai sikap rela, twakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

G.    PEMBALASAN
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain, reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
Dalam Al-Qur’an terdpat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi orang yang bertaqwa kepada Tuhan diberikan pembalasan bagiyang mengingkari peritah Tuhanpun diberika pembalasan dan pembalasan yang diberikanpun pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.



BAB 8 

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP 

A.    PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu menetukan masa depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat di uji kenyataannya.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1.       Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
2.       Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
3.       Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan.
B.     CITA-CITA
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang . Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang.
Ada 3 faktor yang mendukung dalam meraih cita-cita :
1)      Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya
2)      Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pad aumumnya dapat disebut yang menguntungan dan yang menghambat
3)      Faktor tingginya cita-cita yang tergantung dari faktor manusianya

C.     KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan (hereditas) yang telah ditentukan pada watu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunka atau dusakai oleh orang tua. Faktor kedua adalah lingkungan (environment). Lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seseorang lahir (masa pembentukkan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama). Faktor ktiga yaitu pengalaman yang diperoleh. Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalam manis yang sifatnya positif, memberikan manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan.

D.    USAHA/PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerjas keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu maupun dengan tanaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. 
Sebagaimana hadits yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W. yang ditunjukkan kepada para pengikutnya : ‘’Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selam-lamanya, dan beribadalah kamu seakan-akan kamu akan mati besok.” Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat 11 : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadan diri mereka sendiri.” Dari hadits dan firman ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk memperbaiki nasibnya sendiri.

E.     KEYAKINAN/KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu aliran anturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
1)      Alira Naturalisme
Aliran Naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi yang percaya adanya Tuhan, manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada 2 macamyaitu :
1.       Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolut), terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2.        Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama dan pemuka-pemuka agama termasuk kebudayaan, terdapat dalam buku-buku agaa yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.

2)      Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun betentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses.
Akal berasal dari bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di hati, sehingga timbul istilah “hati nurani”, artinya daya rasa.
3)      Aliran Gabungan 
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan bahwa benar tidaknya sesuatu.

F.     LANGKAH-LANGKAH BERPANDANG HIDUP YANG BAIK
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Akan tetapi yang terpenting, kita harus mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapatmemperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita yang baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
1.       Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupaka tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mempunyai pandangan hidup.
2.       Mengerti
Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa ynga terdapat dalam berpandangan hidup itu.
3.       Menghayati
Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yanh tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.  
4.       Meyakini
Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cnderung memperoleh sutu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidu itu.
5.       Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesutu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita merasakan manfaatnya.
6.       Mengamankan
Mengamankan proses langkah terakhir yang merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang tegih dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.


BAB 9 

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

A.    PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indoensia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti bebuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

B.     MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

1.       Tanggung jawab terhadap Diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesaradaran setiap orang untuk memenuhi kewajiban sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
2.       Tanggung jawab terhadap Keluarga
Tanggung jawab terhadap keluarga menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3.       Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Manusia meruapakn anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkakn hidupnya dalam masyarakat tersebut.
4.       Tanggung jawab kepada Bangsa/Negara
Tiap manusia/individu adlah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
5.       Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tangung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

C.     PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.

1.       Pengabdian
Pengabdian adalh perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat atau tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab.
2.       Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang sifatnya kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan.  


 STUDI KASUS TENTANG PENGABDIAN DAN PENGORBANAN

Perjuang dalam keterbatasan, Bu Guru Een Punya Kelas Belajar di Kamar
een
 Anak-anak sedang berkonsultasi dengan Ibu Een mengenai pelajaran Sekolah. (doc: Liputan6.com)
Meski terbaring dalam kasurnya, Ibu Een Sukaesih (50). Masih tetap memiliki semangat untuk berbagi. Ibu Een Sukaesih berdiam di Dusun Batukarut, RT01 RW06, Desa Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat. Dalam rumah yang sederhana itu, Ibu Een berbagi dalam keterbatasannya. Ia membantu menyiapkan masa depan orang lain dengan cara membagi ilmu dan kasih sayang, serta menjadi sahabat bagi anak didiknya.
een2













Berteman dengan Penyakit
Ibu Een sudah 32 tahun menderita penyakit Rheumatoid arthritis (RA). Dan penyakitnya itu membuatnya lumpuh selama 26 tahun. Ketika usianya masih 18 tahun, ia mulai sakit-sakitan. Selama enam tahun mengalami sakit, Ibu Een masih bisa berjalan. Namun, sejak 1987, penyakitnya membuatnya lumpuh, sehingga ia hanya dapat terbaring di tempat tidur.
Ibu Een yang merupakan alumni IKIP Bandung (Universitas Pendidikan Indonesia/ UPI) itu tentu saja bersedih. Namun hal itu tidak membuat hidupnya hancur. Ia masih bersyukur dan meneruskan hidup dengan penuh perjuangan.
Selidik punya selidik, ternyata penyakit yang berdiam dalam tubuhnya itu adalah Rheumatoid arthritis (RA). Kesehatan Ibu Een dari hari ke hari bukannya membaik malah memburuk. Secara bertahap penyakitnya berkembang. Dari lengan kiri, ke lengan kanan, beralih ke lutut kiri dan kanan, dan berkembang ke semua sendi dari kepala hingga ujung kaki. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun kronis, progresif dan melumpuhkan.
Hilang dan kembalinya Cita-Cita Menjadi Guru
Sejak didiognosa menderita RA sebelum lulus SMA, Ibu Een harus mengucapkan selamat tinggal kepada cita-citanya menjadi guru. Namun, melihat nilai-nila yang mumpuni dan perilaku yang baik, Guru Ibu Een bersikeras supaya Ibu Een mau didaftarkan masuk tes perguruan tinggi. Benar saja, ia lolos dan diterima di Program Diploma 3 Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di IKIP Bandung.
Setelah menjalani masa-masa menjadi mahasiswa IKIP, pada 1985 Ibu Een lulus dengan nilai cukup baik, dan diangkat jadi guru di SMA Sindang Laut, Cirebon, Jawa Barat. Sebelum sempat prajabatan, Ibu Een sudah tak kuasa menahan sakit. Ia pun pulang ke Sumedang. Sejak saat itu Ibu Een Sukaesih lumpuh total. Namun, meski berat, ia menerima kondisi tersebut dengan lapang dada dan tak membiarkan kelumpuhannya menjadi sia-sia. Masih dengan motivasi awal sebagai guru, Ibu Een membuka kelas belajar di kamarnya. Anak-anak dari saudara hingga tetangga sangat antusias untuk mengikuti kelas belajar Ibu Een tersebut. Banyak dari mereka yang mengalami peningkatan nilai baik di kelas, hingga lulus tes masuk perguruan tinggi.  Puluhan murid yang belajar di rumah ibu Een tersebut juga tak dipungut biaya.
Hidup Dengan Obat
Penyakit Ibu Een bertambah lagi pada pertengahan Juli tahun 2012. Mata kirinya tiba-tiba sakit. Setelah diperiksa dan diobati, sakitnya agak mendingan. Namun, mata kirinya kini tak bisa melihat lagi. Ibu Een disarankan untuk melakukan operasi mata. Jika korneanya tidak rusak parah, ia masih bisa menerima donor mata. Namun jika rusak parah sudah tidak bisa. Namun, Een menolak untuk melakukan pengobatan.
Sejak penyakit RA berdiam dalam tubuhnya, sejak saat itulah Ibu Een hidup dengan obat. Bahkan dokter memberitahu kalau penyakit yang dideritanya belum diketahui penyebab dan obatnya. Untuk obat-obatan rematiknya, Ibu Een tidak setiap saat meminumnya. Ia baru akan meminumnya jika sakitnya terasa parah. Sedangkan obat yang rutin diminumnya malah obat maag.
Tubuh Ibu Een mungkin sudah lumpuh. Namun, ketika berobat ke dokter penyakit dalam, Ibu Een bersyukur kondisi jantung dan hatinya masih bagus. Sakit yang dialami Ibu Een tak membuatnya patah semangat. Ia bahkan mengimbau teman-temannya yang senasib untuk tetap bersabar. “Bersabar harus dengan bersyukur kita masih diberikan kehidupan. Masih banyak nikmat yang kita terima. Untuk mengantisipasi sakit yang kita derita, alangkah lebih baiknya kita imbangi dengan kegiatan yang positif. Syukur-syukur bermanfaat buat semua orang. Jika tidak, minimal untuk diri sendiri dan keluarga”, ujarnya.
Raih Berbagai Penghargaan
Dalam pengabdiannya untuk pendidikan, Ibu Een Sukaesih menerima berbagai penghargaan, diantaranya: Dompet Dhuafa Award 2010, Education Award dari Bank Syariah Mandiri (BSM), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Kartini Award 2012 danTupperware She Can! 2013.
Penghargaan-penghargaan ini tentu saja bukan yang Ibu Een cari. Tapi, pemenuhan batin, dan tentu saja kesadaran untuk menunaikan tanggungjawab sosial. Ibu Een merupakan inspirasi pendidik yang tak kenal pamrih dengan segala keterbatasanny

  








Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRAPDOOR DAN BACTERIA

Evolutionary Computing (Algoritma Genetika)

Siklus Hidup ITIL / ITSM Lifecycle