BAB 7, BAB 8, DAN BAB 9
ILMU BUDAYA DASAR
BAB 7
MANUSIA DAN KEADILAN
A.
PENGERTIAN
KEADILAN
Keadilan
menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu
banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau
benda.
Keadilan
oleh Plato diproyeksi pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah
orang yang mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Menurut
Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak
pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Kong Hu Cu berpendapat,
keadilan terjadi apabila anal sebaga anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja
sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
Menurut
pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan
perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Atau dengan kata lain,
keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya
dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
B.
KEADILAN
SOSIAL
Untuk
mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu
dipupuk, yakni :
1)
Perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotoroyongan
2)
Sikap adil
terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain
3)
Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang
memerlukan
4)
Sikap suka bekerja keras
5)
Sikap menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama
Asas
yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai
langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan, yaitu :
1)
Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan
2)
Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayaan
kesehatan
3)
Pemerataan pembagian pendapatan
4)
Pemerataan kesempatan kerja
5)
Pemerataan kesempatan berusaha
6)
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita
7)
Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh
wilayah tanah air.
8)
Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
C.
BERBAGAI
MACAM KEADILAN
1.
Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dalam hukum merupakan
substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya.
Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang
menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat
Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan , Sunoto menyebutka keadilan legal.
2.
Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana
bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
(justice is done when equals are treated aqually).
3.
Keadilan Komulatif
Keadilan
ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi
Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban
dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ektrem menjadikan
ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan mengahancurkan pertalian dalam masyarakat.
D.
KEJUJURAN
Kejujuran
atatu jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya
apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan kenyataan yang
ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang
bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum.
Kejujuran
bersangkutan erat dengan masalah nurani. Menurut M. Alamsyah dalam bukunya Budi
Nurani, filsafat berfikir, yang selanjutnya disebut nurani adalah sebuah wadah
yang ada dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran,
ketulusan dalam meneropong kebenaran lokoal maupun kebenaran Illahi. (M.
Alamsyah, 1986: 83)
E.
KECURANGAN
Kecurangan
atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan
jujur. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan
hati nuraninya. Atau, orang itu memang dari hatinya sudah beniat curang dengan
maksud memperoleh keuntungan tanpa tenaga dan usaha.
Kecurangan
menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang
berlebih dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling
kaya dan senang bil masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
Bermacam-macam
sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban,
dan aspek teknik.
F.
PEMULIHAN
NAMA BAIK
Nama
baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau
boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau
perbuatannya.
Tingkah
laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai
dengan kodrat manusia, yaitu :
a)
Manusia menurut sifat dasarnya adalah mahluk
moral
b)
Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang
harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral
tersebut.
Untuk
memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan meminta
maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah,
berbuat budi darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama
hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang, tanpa pamrih , taqwa
kepada Tuhan dan mempunyai sikap rela, twakal, jujur, adil dan budi luhur
selalu dipupuk.
G.
PEMBALASAN
Pembalasan
ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain, reaksi itu dapat berupa perbuatan
yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang.
Dalam
Al-Qur’an terdpat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan.
Bagi orang yang bertaqwa kepada Tuhan diberikan pembalasan bagiyang mengingkari
peritah Tuhanpun diberika pembalasan dan pembalasan yang diberikanpun
pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.
BAB 8
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A.
PENGERTIAN
PANDANGAN HIDUP
Pandangan
hidup itu bersifat kodrati. Karena itu menetukan masa depan seseorang.
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Dengan demikian pandangan hidup itu
bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui
proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat di
uji kenyataannya.
Pandangan
hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1.
Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu
pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
2.
Pandangan hidup yang berupa ideologi yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
3.
Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan
hidup yang relatif kebenarannya
Pandangan
hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha,
keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang
tidak terpisahkan.
B.
CITA-CITA
Menurut
kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan,
tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan
apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang . Dengan demikian
cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan
datang.
Ada
3 faktor yang mendukung dalam meraih cita-cita :
1)
Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita
ditentukan oleh kualitas manusianya
2)
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya
cita-cita, pad aumumnya dapat disebut yang menguntungan dan yang menghambat
3)
Faktor tingginya cita-cita yang tergantung dari
faktor manusianya
C.
KEBAJIKAN
Kebajikan
atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama
dengan perbuatan moral perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan
etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk
bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Faktor-faktor
yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor
pembawaan (hereditas) yang telah ditentukan pada watu seseorang masih dalam
kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunka atau dusakai oleh orang tua. Faktor
kedua adalah lingkungan (environment). Lingkungan yang membentuk seseorang
merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seseorang lahir (masa pembentukkan
seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama). Faktor ktiga
yaitu pengalaman yang diperoleh. Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif,
maupun pengalam manis yang sifatnya positif, memberikan manusia suatu bekal
yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil
tindakan.
D.
USAHA/PERJUANGAN
Usaha/perjuangan
adalah kerjas keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja
keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Kerja
keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu maupun dengan tanaga/jasmani, atau
dengan kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan
harkat dan martabat manusia.
Sebagaimana
hadits yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W. yang ditunjukkan kepada para
pengikutnya : ‘’Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selam-lamanya, dan
beribadalah kamu seakan-akan kamu akan mati besok.” Allah berfirman dalam
Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat 11 : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadan diri mereka sendiri.” Dari
hadits dan firman ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk
memperbaiki nasibnya sendiri.
E.
KEYAKINAN/KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan.
Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu aliran
anturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
1)
Alira Naturalisme
Aliran
Naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada
Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin
Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan
Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi
yang percaya adanya Tuhan, manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran
Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada 2 macamyaitu :
1.
Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh
Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),
terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2.
Ajaran
agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya
relatif (terbatas). Ajaran agama dan pemuka-pemuka agama termasuk kebudayaan,
terdapat dalam buku-buku agaa yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.
2)
Aliran Intelektualisme
Dasar
aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia
berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun betentangan
dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal)
kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses.
Akal
berasal dari bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di hati, sehingga timbul
istilah “hati nurani”, artinya daya rasa.
3)
Aliran Gabungan
Dasar
aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan
yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan bahwa benar tidaknya
sesuatu.
F.
LANGKAH-LANGKAH
BERPANDANG HIDUP YANG BAIK
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita
memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Akan
tetapi yang terpenting, kita harus mempunyai langkah-langkah berpandangan
hidup. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita
dapatmemperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita
yang baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
1.
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupaka
tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mempunyai
pandangan hidup.
2.
Mengerti
Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup
itu sendiri. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa ynga
terdapat dalam berpandangan hidup itu.
3.
Menghayati
Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran
yanh tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
4.
Meyakini
Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cnderung memperoleh
sutu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti
secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidu itu.
5.
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati
dan meyakini sesutu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya
lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita merasakan manfaatnya.
6.
Mengamankan
Mengamankan
proses langkah terakhir yang merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan
iman yang tegih dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya
pandangan hidup itu.
BAB 9
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
A.
PENGERTIAN
TANGGUNG JAWAB
Tanggung
jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. Sehingga tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indoensia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan
jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti bebuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
B.
MACAM-MACAM
TANGGUNG JAWAB
1.
Tanggung jawab terhadap Diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesaradaran
setiap orang untuk memenuhi kewajiban sendiri dalam mengembangkan kepribadian
sebagai manusia pribadi.
2.
Tanggung jawab terhadap Keluarga
Tanggung jawab terhadap keluarga menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
3.
Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Manusia meruapakn anggota masyarakat yang tentunya mempunyai
tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkakn
hidupnya dalam masyarakat tersebut.
4.
Tanggung jawab kepada Bangsa/Negara
Tiap manusia/individu adlah warga negara suatu negara. Dalam
berpikir, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
5.
Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan
menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tangung jawab, melainkan untuk
mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan.
Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang
dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.
C.
PENGABDIAN
DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan.
Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu
sendiri.
1.
Pengabdian
Pengabdian adalh perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat
atau tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau
satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada
hakekatnya adalah rasa tanggung jawab.
2.
Pengorbanan
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian
pengorbanan yang sifatnya kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak
mengandung pamrih.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak
begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan.
Perjuang dalam keterbatasan, Bu Guru Een Punya Kelas Belajar di
Kamar
Anak-anak
sedang berkonsultasi dengan Ibu Een mengenai pelajaran Sekolah. (doc:
Liputan6.com)
Meski terbaring dalam kasurnya, Ibu Een Sukaesih (50). Masih
tetap memiliki semangat untuk berbagi. Ibu Een Sukaesih berdiam di Dusun
Batukarut, RT01 RW06, Desa Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat.
Dalam rumah yang sederhana itu, Ibu Een berbagi dalam keterbatasannya. Ia
membantu menyiapkan masa depan orang lain dengan cara membagi ilmu dan kasih
sayang, serta menjadi sahabat bagi anak didiknya.
Doc: www.siap-sekolah.com
Berteman dengan Penyakit
Ibu Een sudah 32 tahun menderita penyakit Rheumatoid arthritis
(RA). Dan penyakitnya itu membuatnya lumpuh selama 26 tahun. Ketika usianya
masih 18 tahun, ia mulai sakit-sakitan. Selama enam tahun mengalami sakit, Ibu
Een masih bisa berjalan. Namun, sejak 1987, penyakitnya membuatnya lumpuh,
sehingga ia hanya dapat terbaring di tempat tidur.
Ibu Een yang merupakan alumni IKIP Bandung (Universitas
Pendidikan Indonesia/ UPI) itu tentu saja bersedih. Namun hal itu tidak membuat
hidupnya hancur. Ia masih bersyukur dan meneruskan hidup dengan penuh
perjuangan.
Selidik punya selidik, ternyata penyakit yang berdiam dalam
tubuhnya itu adalah Rheumatoid arthritis (RA). Kesehatan Ibu Een dari hari ke
hari bukannya membaik malah memburuk. Secara bertahap penyakitnya berkembang.
Dari lengan kiri, ke lengan kanan, beralih ke lutut kiri dan kanan, dan
berkembang ke semua sendi dari kepala hingga ujung kaki. Penyakit ini merupakan
penyakit autoimun kronis, progresif dan melumpuhkan.
Hilang dan kembalinya Cita-Cita Menjadi Guru
Sejak didiognosa menderita RA sebelum lulus SMA, Ibu Een harus
mengucapkan selamat tinggal kepada cita-citanya menjadi guru. Namun, melihat
nilai-nila yang mumpuni dan perilaku yang baik, Guru Ibu Een bersikeras supaya
Ibu Een mau didaftarkan masuk tes perguruan tinggi. Benar saja, ia lolos dan
diterima di Program Diploma 3 Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di
IKIP Bandung.
Setelah menjalani masa-masa menjadi mahasiswa IKIP, pada 1985
Ibu Een lulus dengan nilai cukup baik, dan diangkat jadi guru di SMA Sindang
Laut, Cirebon, Jawa Barat. Sebelum sempat prajabatan, Ibu Een sudah tak kuasa
menahan sakit. Ia pun pulang ke Sumedang. Sejak saat itu Ibu Een Sukaesih
lumpuh total. Namun, meski berat, ia menerima kondisi tersebut dengan lapang
dada dan tak membiarkan kelumpuhannya menjadi sia-sia. Masih dengan motivasi
awal sebagai guru, Ibu Een membuka kelas belajar di kamarnya. Anak-anak dari
saudara hingga tetangga sangat antusias untuk mengikuti kelas belajar Ibu Een
tersebut. Banyak dari mereka yang mengalami peningkatan nilai baik di kelas,
hingga lulus tes masuk perguruan tinggi. Puluhan murid yang belajar di
rumah ibu Een tersebut juga tak dipungut biaya.
Hidup Dengan Obat
Penyakit Ibu Een bertambah lagi pada pertengahan Juli tahun
2012. Mata kirinya tiba-tiba sakit. Setelah diperiksa dan diobati, sakitnya
agak mendingan. Namun, mata kirinya kini tak bisa melihat lagi. Ibu Een
disarankan untuk melakukan operasi mata. Jika korneanya tidak rusak parah, ia
masih bisa menerima donor mata. Namun jika rusak parah sudah tidak bisa. Namun,
Een menolak untuk melakukan pengobatan.
Sejak penyakit RA berdiam dalam tubuhnya, sejak saat itulah Ibu
Een hidup dengan obat. Bahkan dokter memberitahu kalau penyakit yang
dideritanya belum diketahui penyebab dan obatnya. Untuk obat-obatan rematiknya,
Ibu Een tidak setiap saat meminumnya. Ia baru akan meminumnya jika sakitnya
terasa parah. Sedangkan obat yang rutin diminumnya malah obat maag.
Tubuh Ibu Een mungkin sudah lumpuh. Namun, ketika berobat ke
dokter penyakit dalam, Ibu Een bersyukur kondisi jantung dan hatinya masih
bagus. Sakit yang dialami Ibu Een tak membuatnya patah semangat. Ia bahkan
mengimbau teman-temannya yang senasib untuk tetap bersabar. “Bersabar harus
dengan bersyukur kita masih diberikan kehidupan. Masih banyak nikmat yang kita
terima. Untuk mengantisipasi sakit yang kita derita, alangkah lebih baiknya
kita imbangi dengan kegiatan yang positif. Syukur-syukur bermanfaat buat semua
orang. Jika tidak, minimal untuk diri sendiri dan keluarga”, ujarnya.
Raih Berbagai Penghargaan
Dalam pengabdiannya untuk
pendidikan, Ibu Een Sukaesih menerima berbagai penghargaan, diantaranya: Dompet Dhuafa Award 2010, Education Award dari Bank Syariah Mandiri
(BSM), Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung, Kartini Award 2012 danTupperware She Can! 2013.
Penghargaan-penghargaan ini tentu saja bukan yang Ibu Een cari.
Tapi, pemenuhan batin, dan tentu saja kesadaran untuk menunaikan tanggungjawab
sosial. Ibu Een merupakan inspirasi pendidik yang tak kenal pamrih dengan segala
keterbatasanny
Komentar
Posting Komentar