BAB 2 DAN BAB 3 ILMU BUDAYA DASAR
BAB 2
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat
terkait ssatu sama lain.
A.
MANUSIA
Manusia
di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dipandang dari banyak segi.
Dalam il eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan partikel-partikel atom
yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kima).
Dalam
ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan mahluk ang ingin memperoleh keuntungan atau
selalu memperhitungkan setiap kegiatan.
Ada
dua pandangan yang akan kita jadika acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur
yang membangun manusia
1)
Manusa itu terdiri dari empat unsur yang saling
tekait, yaitu :
a.
Jasad
b.
Hayat
c.
Ruh
d.
Nafs
2)
Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga
unsur yaitu :
a.
Id, merupakan struktur kepribadian yang paling
primitif dan paling tidak nampak. Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar
diri, tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya
menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar.
b.
Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian,
seringkali disebut sebagai kepribadian “ekslusif” karena peranannya dalam
menghubungkan energi Id ke dalam saluran
sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c.
Superego, merupakan struktur kepribadian yang
paling terakhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id
dan Ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego
terbentuk dari lingkungan eksternal.
B.
HAKEKAT
MANUSIA
a.
Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan
jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh adalah material yang dapat dilihat, diraba, wujudnya konkrit tetapi
tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa
adalah roh yang ada di dalam tubh manusia sebagai penggerak dan sumber
kehidupan.
b.
Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika
dibandingkan dengan mahluk lainnya
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia
dilengkap oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat
didalaam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) menusia mampu menciptkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua
macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah
rangsangan jasmani melalui pancaindra.
·
Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan
dengan pengetahuan.
·
Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenan
dengan keindahan.
·
Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan
dengan kenaan dengan kebaikan.
·
Perasaan diri, yaitu rasaan yang berkenaan
dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain.
·
Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan
dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyakat, ikut merasakan kehidupan
kehidupan orang lain.
·
Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan
dengan agama dan kepercayaan.
c.
Mahluk biokultural, yaitu mahlu hayati yang
budayawi
Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari daei segi-segi anatomi,
fiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi,
evolusi biologisnya, dan sebagainya. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat
dipelajari dari segi-segi : kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial,
kesenian, ekonomi, perkakas, bahasa dan sebagainya.
d.
Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan
lingkungan (ekologi), mempunyai kulitas dan martabat karena kemampuan bekerja
dan berkarya
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis dan religius.
Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai
dunia yang menganggumkan dan mengungkapkan kembali (karya)dalam lukisan,
tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis manusia meningkatkan kehidupan estetis
ke dalam tingkatkan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan
dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
C.
KEPRIBADIAN
BANGSA TIMUR
Ilmu psikologi yang memang berasal dan
timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep individu itu mengambil tempat yang
amat penting, biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampaunya banyak
menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis sendiri.
Sampai sekarang, ilmu psikologi di
negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori
mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat untuk
menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu. Sebaiknya,
imu itu masih kurag mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis
jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan sosial budayanya.
Banyak orang yang sering mempersoalkan
perbedaan anntara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu
berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajah
dunia, menguasai wilayah luas arika, Asia dan Oseania, dan memantapkan
pemerintah-pemerintah jajahan mereka dimana-mana. Semua kebudayaan diuar
kebudayaan mereka di Eropa Barat disebabnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya
kebudayaan merek sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat.
Kebudayaan Timur lebih mementingkan
kehidupan rahoni, mistik, pikiran preologi, keramahtamahan, dan gotong royong.
Sedangkan kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis,
hubungan asas guna (hubungan hanya berdasarkan prinsip guna) dan
individualisme.
D.
PENGERTIAN
KEBUDAYAAN
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata
bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam
bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengelola
tanah, jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengelola tanah
atau tempat tinggalnya.
Definisikan kebudayaan sebagai berikut :
Menurut
E.B Tylor (1871), Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta
kebiaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Sutan
Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifes dari cara
berpikir.
Koentjaraningrat mengatakan, bahwa
kebudayaan antara lain berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
A.L
Krober dan C.Kluckhon mengatakan, bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
C.A.Van
Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang,
berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah
alam, melainkan selalu megubah alam, melainkan selalu mengubah alam.
Kroeber
dan Klulkhon mendefinisikan kebudayaan : Kebudayaan terdiri atas berbagai
pol, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan
terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara
tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan
benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri dari atas tradisi atas
tradisi dan cita-cita atau paham, dan
terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Sistem nilai dan gagasan utama itu dihayati
benar-benar oleh para pendukung, kebudayaan yang bersangkutan dalam kurun waktu
tertentu, sehingga mendominasi keseluruhan kehidupan pendukung itu. Dapat
dikatakan pula, bhawa sistem nilai dan gagasan utama itu memberikan pola untuk
bertingkah laku kepada masyarakatnya, atau dengan kata lain, memberikan
seperangkat model untuk bertingkah laku.
Sistem niali dan gagasan utama sebagai
hakekat kebudayaan terwujud dalam tiga sistem kebudayaan secara terperinci,
yaitu sistem ideologi, sistem sosial dan sistem teknologi.
·
Sistem ideologi meliputi etika, norma, adat
istiadat, peraturan hukum yang berfungsi sebagai pengarahan untuk sistem sosial
dan berupa interpretasi operasional dari sistem nilai dan gagasan utama yang
berlaku dalam masyarakat.
·
Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan
sosial dalam masyarakat, baik yang terjalin di dalam lingkungan kerabat, maupun
yang terjadi dengan masyarakat lebih luas serta pemimpin-pemimpinnya.
·
Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta
penggunaannya, sesuai deenagn nilai budaya yang berlaku.
E.
UNSUR
– UNSUR KEBUDAYAAN
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat
terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian
dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan.
Melville J. Herkovits mengajukan
pendapatnya tentang unsur kebudayaan, dikatakannya bahwa hanya ada empat unsur
dalam kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan
kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsur-unsur
itu sendiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun
petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
C. Kluckhohn di dalam karyanya berjudul
Universal Categories od Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan
universal, yaitu :
1.
Sistem Religi (Sistem Kepercayaan)
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap
behawa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan yang lain yang maha besar.
2.
Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah
organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3.
Sistem Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat
juga dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang telah
diketahui kemudian menyampaikanya kepada orang lain melalui bahasa.
4.
Sistem Mata Pencaharian hidup dan Sistem-Sistem
Ekonomi
Tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5.
Sistem Teknologi dan Peralatan
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang
dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan
alat.
6.
Bahasa
Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang
kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk
bahasa tulisan.
7.
Kesenian
Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan
kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan.
F.
WUJUD
KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan
mempunyai tiga wujud, yaitu :
1.
Kompleks Gagasan, Konsep, dan Pemikiran Manusian
:
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya bastrak, tidak dapat dilihat,
dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang mengaturnya, atau dengan perkataan
lain, dalam perkataan lain, dalam alam
pikiran warga masayarakat dimana kebudayaan bersangkut hidup.
2.
Kompleks Aktivitas :
Wujud ini sering disebut sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta
bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun
ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat dan kelakuan.
3.
Wujud Sebagai Benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai
penggunaan peralatan. Aktivitas karya manusia disebut menghasilkan benda untuk
berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret bisa
juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda
yang bergerak.
G.
ORIENTASI
NILAI BUDAYA
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki
sistem nilai. Menurut C. Kluckhonhn
“Variations in Value (1961)” sistem niali budaya dalam semua kebudayaan
di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,
yaitu :
1.
Hakekat Hidup Manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap manusia kebudayaan berbeda secara ekstem; ada
yang berusaha untuk memadamkan hidup,
ada pula yang dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup
sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup” .
2.
Hakekat Karya Manusia (MK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda-beda, diantaranya ada yang
beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau
kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
3.
Hakekat Waktu Manusia (WM)
Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang berpandangan
mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini
atau masa yang akan datang.
4.
Hakekat Alam Manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap menusia harus mengeksploitasi alam atau
memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan
manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam.
5.
Hakekat Hubungan Manusia (MN)
Dalam hal ini yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik
secara horizontal (sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi kepada
tokoh-tokoh). Ada ula yang berpandangan individualistis (manilai tinggi
kekuatan sendiri) .
H.
PERUBAHAN
KEBUDAYAAN
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu
dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang
terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.
Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan
oleh beberapa hal :
1.
Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat
dan kebudayaan sndiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk .
2.
Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik
temapt mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam
jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan yang lain, cenderung unuk
berubah lebih cepat.
Dalam perubahan sosial terjadi
perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan, antara lain, sistem politik
dan kekuatan, persebaran penduduk, sistem status, hubungan-hubungan di dalam
keluarga. Sedangkan perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu
kelompok manusia dengan kebudayan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu
kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa.
Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa
silam. Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat
lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan
perdagangan, pemerintah dan sebagainya.
Beberapa masalah yang menyangkut proses tadi adalah :
A.
Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah
diterima
B.
Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit
diterima
C.
Individi-Individu manakah yang cepat menerima
unsur-unsur yang baru
D.
Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai
akibat akulturasi tersebut
1.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan aing yang
mudah diterima adalah :
a.
Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan
yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi
masyarakat yang menerimanya.
b.
Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar.
c.
Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan
keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut .
2.
Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima suatu
masyarakat adalah misalnya :
a.
Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan.
b.
Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama
proses sosialisasi.
3.
Generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot
yang sukar menerima unsur baru. Hal itu disebabkan karena norma-norma yang
tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai sehingga sukar sekali untuk
mngubah norma-norma yang sudah demikian meresapnya dalam jiwa generasi tua
tersebut. Sebaliknya belum menetapnya unsur-unsur atau norma-norma tradisional
dalam jiwa generasi muda, meyebabkan bahwa mereka lebih mudah menerima
unsur-unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah kehidupan mereka.
4.
Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi,
selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan
masyarakat dianggap oleh golongan tersebut sebagai keadaan krisi yang
membahayakan keutuhan masyarakat.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima
atau ridaknya suatu unsur kebudayaan bru diantaranya :
1.
Terbatasnya masyarakat yang memiliki hubungan.
2.
Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang
ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat
menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan baru diterima.
5.
Unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang
tebatas.
Proses akulturasi yang berjalan
dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing
dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian unsur-unsur kebudayaan
asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, akan tetapi
dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan
sendiri.
I.
KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia menciptakan kebudayaan, dan setlah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya meruapakan satu kesatuan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Proses dialeksi ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
1.
Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2.
Obyektivitasi, yaitu proses dimana masyarakat
menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan
berhadapan dengan manusia.
3.
Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat
disergap kembali oleh manusia.
Manusia dan kebudayaan, atau
manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang
erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini tidak dapat lagi membedakan mana
yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.
CONTOH TEORI KASUS MANUSIA DAN
KEBUDAYAAN
Acara yang
diselenggarakan atas kerjasama KBRI Tokyo dengan lembaga penyiaran berpengaruh
di Jepang ini bukan hanya bersifat menghibur
Dalam beberapa tahun terakhir,
angklung mendapat perhatian besar dari masyarakat Jepang. Minat dan perhatian
besar ini kembali terlihat saat acara NHK Cultural Coverage yang digelar di
Wisma Duta KBRI Tokyo hari ini, Kamis (26/2-2015).
Acara yang diselenggarakan atas
kerjasama KBRI Tokyo dengan lembaga penyiaran berpengaruh di Jepang ini bukan
hanya bersifat menghibur dan promosi budaya Indonesia, melainkan juga memberi
harapan besar lainnya.
Salah satu hadirin dari kalangan
Jepang yang ikut dalam acara tapi minta agar identitasnya tidak dipublikasikan
menyebutkan bahwa angklung diduga memiliki daya tersendiri yang mungkin amat
berguna untuk diterapkan bagi terapi kesehatan. Terutama sekali, untuk terapi
kalangan usia lanjut. Kalangan yang berasal dari tenaga medis tadi menyebutkan
bahwa pihaknya berniat melakukan penelitian terhadap masalah ini. Terutama,
dalam kaitan mempertajam ingatan dan pencegahan pikun.
Berkomentar terhadap hal
di atas, Dewi L. Ihza Mahendra (istri Dubes RI untuk Jepang) menyebutkan
amat gembira jika suatu hari angklung menjadi BGM (background music) di
berbagai rumah sakit di Jepang. Sekarang ini saja pun saya gembira karena
kursus angklung yang di Wisma Duta KBRI Tokyo dibanjiri peminat baru yang terus
meningkat. Demikian menurut Dewi, seperti dirilis KBRI Tokyo. Selain
menyuguhkan seni musik dan tarian, pagelaran budaya di atas juga menggelar
bazar busana batik. Kuliner Indonesia yang ikut disuguhkan sebagai menu santap
siang, juga disambut para peserta yang mayoritas dari kalangan Jepang dengan
antusias. Minggu sebelumnya, saat Wismaduta menggelar Fashion Show
Kebaya, masyarakat Jepang pun juga berbondong-bondong hadir sehingga
panita harus menolak sebagian mereka karena terbatasnya tempat.
Menyinggung promosi budaya dan
kerjasama dengan Lembaga Penyiaran NHK (TV, Radio dan publikasi cetak), Dubes
Yusron Ihza Mahendra menyatakan dirinya akan terus meningkatkan kerjasama yang
telah berlanjut. “Kerjasama seperti ini memang terus kami bina. Tadi pagi pun,
dalam Program Tokyo Eye, KBRI Tokyo tampil selama sekitar 20 menit dalam
tayangan TV NHK yang disiarkan ke 180 negara di dunia,” ujar Dubes.
Ini Alasan Masyarakat Jepang Menyukai Angklung
Apakah Anda pernah memainkan
angklung? Ya, alat musik yang satu ini beberapa tahun terakhir sangat digemari
oleh masyarakat dunia terutama Jepang. Alat musik tradisional ini berasal dari
Indonesia, tepatnya di Jawa Barat dan dibuat menggunakan bambu. Agar menghasilkan
bunyi yang indah, angklung dimainkan dengan cara digoyangkan. Walaupun terlihat
mudah tetapi memainkan angklung membutuhkan teknik agar suara yang dihasilkan
indah dan enak didengar.
Meskipun angklung kurang
terdengar gaungnya di Indonesia tetapi lainnya halnya di negara lain yang
mendapat perhatian dan minat besar. Hal ini bisa terlihat ketika acara NHK
Cultural Coverage yang digelar di Wisma Duta Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) Tokyo, pada Kamis 26 Februari 2015. Acara ini terselenggara berkat kerja
sama KBRI Tokyo dengan lembaga penyiaran berpengaruh di Jepang dalam rangka
menghibur sekaligus mempromosikan kebudayaan Indonesia. Bagi masyarakat Jepang,
bermain angklung dipercaya bermanfaat bagi kesehatan terutama untuk terapi bagi
kalangan manusia yang lanjut usia. Hal ini dikatakan sendiri oleh salah satu
hadirin yang hadir pada acara tersebut.
Jepang Minati Angklung karena Bisa untuk
Terapi Kesehatan
Dalam beberapa tahun terakhir, angklung mendapat perhatian besar
dari masyarakat Jepang. Minat dan perhatian besar ini kembali terlihat saat
acara NHK Cultural Coverage yang digelar di Wisma Duta Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) Tokyo hari ini, Kamis 26 Februari 2015.
Acara yang diselenggarakan atas kerjasama KBRI Tokyo dengan lembaga penyiaran
berpengaruh di Jepang ini bukan hanya bersifat menghibur dan promosi budaya
Indonesia, melainkan juga memberi harapan besar lainnya. Salah satu hadirin
dari kalangan Jepang yang ikut dalam acara menyebutkan bahwa angklung diduga
memiliki daya tersendiri yang amat berguna untuk diterapkan bagi terapi
kesehatan. Terutama sekali, untuk terapi kalangan usia lanjut.
"Kalangan yang berasal dari tenaga medis tadi menyebutkan bahwa pihaknya
berniat melakukan penelitian terhadap masalah ini. Terutama, dalam kaitan
mempertajam ingatan dan pencegahan pikun," demikian keterangan tertulis
KBRI Tokyo yang diterimaLiputan6.com di Jakarta, Jumat (27/2/2015).
Menanggapi hal itu, Dewi L Ihza Mahendra, istri Dubes RI untuk Jepang Yusron
Ihza Mahendra mengatakan amat gembira jika suatu hari angklung menjadi BGM
(background music) di berbagai rumah sakit di Jepang.
"Sekarang ini saya pun gembira karena kursus angklung yang di Wisma Duta
KBRI Tokyo dibanjiri peminat baru yang terus meningkat," ujar Dewi. Selain
menyuguhkan seni musik dan tarian, pagelaran budaya tersebut juga menggelar
bazar busana batik. Kuliner Indonesia yang ikut disuguhkan sebagai menu santap
siang juga disambut para peserta yang mayoritas dari kalangan Jepang dengan
antusias. "Minggu sebelumnya, saat Wismaduta menggelar Fashion Show
Kebaya, masyarakat Jepang pun juga berbondong-bondong hadir sehingga
panita harus menolak sebagian mereka karena terbatasnya tempat."
Sementara itu, Yusron Ihza Mahendra mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan
kerjasama yang telah berlanjut dengan Lembaga Penyiaran NHK (TV, Radio dan
publikasi cetak). "Kerjasama seperti ini memang terus kami bina. Tadi pagi
pun, dalam Program Tokyo Eye, KBRI Tokyo tampil selama sekitar 20 menit dalam
tayangan TV NHK yang disiarkan ke 180 negara di dunia," ujar adik Yusril
Ihza Mahendra tersebut.
BAB 3
KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM
KESUSASTRAAN
A.
PENDEKATAN
KESUSASTRAAN
IBD dinamakan Basic Humanities, berasal
dari bahasa Inggris the human manities. Istilah ini berasala dari bahasa latin
Humanus yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Jadi the humanities
berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai lita sebagai homo humanus. The
humanities mencakup filsafat, teologi seni dan cabang-cabangnya termasuk
sastra, sejarah, cerita rakyat, dan sebagainya.
Seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak
normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai
yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isisnya maupun cara penyampaiannya.
Sastra mempergunakan bahasa untuk menampung
hampir samua pernyataan kegiatan manusia, Filsafat mempergunakan bahasa untuk
memahami alam semesta manusia, Ilmu Pengetahuan mempergunakan bahasa untuk
melahirkan ilmu-ilmu sosial manusia. Demikian manusia dan bahasa pada
hakekatnya adalah satu.
B.
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN
PROSA
Prosa dalam istilah bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita
atau prosa kiasan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya
dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan Indonesia dikenal jenis
prosa lama dan prosa baru .
A.
Prosa lama meliputi
1.
Dongeng-dongeng
2.
Hikayat
3.
Sejarah
4.
Epos
5.
Cerita pelipur lara
B.
Prosa baru meliputi
1.
Cerita pendek
2.
Roman/Novel
3.
Biografi
4.
Kisah
5.
Otobiografi
C.
NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
Nilai-nilai yang diperoleh
pembaca lewat sastra antara lain :
1.
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Pembaca mendapat pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa
itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan.
2.
Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat dalam ensiklopedia
3.
Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi
pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4.
Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Prosa
fiksi dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak
individu.
Karya sastra dapat dibagi menjadi
dua ; Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, dan karya sastra yang
menyuarakan gejolak jamannya. Ada juga yang tentunya menyuarakan kedua-duanya.
Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya mengajak pembaca untuk
mengikuti apa yang dihendaki jamaannya. Karya sastra menyuarakan gejolak
jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi
merenung . Kedua macam karya sastra itu menyampaikan masalah. Masalah ini
disampaikan dengan jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya.
Ilmu Budaya Dasar menitik beratkan pada manusia dan segala persoalannya.
Manusia dan cinta kasih, manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan,
manusia dan keadilan, manusia dan pandangan hidup, manusa dan tanggung jawab
serta pengabdian, manusia dan kegelisahan, manusia dan harapan.
Dalam dongeng terdapat epos yang
berarti cerita kepahlawanan atau wiracarita. Kita kenal Mahabrata dan Ramayana.
Mahabrata menceritakan kepahlawanan orang-orang pandawa yang berani dengan
gagah berani mempertahankan kebenaran karena rasa tanggung jawab terhadap
negara. Tokoh Bima, Arjuna, Gatotkaca didalam cerita itu selalu mempunyai rasa
tanggung jawab pada bangsa dan negaranya.
D.
ILMU
BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
Puisi dipakai sebagai media sekaligus
sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat
di dalam Ilmu Budaya Dasar. Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian
dari kesenian, dan kesenian cabang/unsur dari kebudayaan. Puisi adalah ekspresi
pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui
media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan
kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan
bahasa piuisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya
dengan menggunakan :
1.
Figura bahasa ( figurative language ) seperti
gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dan sebagainya sehingga
puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberikan kejelasan gambaran angan.
2.
Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang
bermakna ganda, banyak tafsir.
3.
Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah
diberi suasana tertentu, berisi suasana tertentu, berisi pengalaman jiwa
penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.
Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang
sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.
Pengulangan, berfungsi untuk mengintensifkam
hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Jadi, Puisi merupaka hasil
pengahayatan dan pengalaman penyair terhadap kehidupan manusia, terhadap alam
dan Tuhan yang diekspresikannya melalui bahasa yang artistik.
Alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi umum adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan puisi dengan pengalam hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut
“pengalaman perwakilan”. Manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan
dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupya dari sekedar kumpulan
pengalaman langsung yang terbatas.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan
suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungan
pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam
puisinya.
2.
Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
Menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia dan mejelaskan
pengalaman setiap orang.
3.
Puisi dan keinsyafan sosial
Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial
yang bisa berupa :
·
Penderitaan atas ketidak adilan
·
Perjuangan untuk kekuasan
·
Konflik dengan sesamanya
·
Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
CONTOH TEORI KASUS KONSEP ILMU
KEBUDAYAAN DALAM KESUSASTRAAN
PROSA
Menembus Waktu
Rasanya aku pergi masih sore. Tadinya sudah kurencanakan
siang hari tapi ada-ada saja halangannya, pukul lima baru aku pulang ke rumah.
Tapi tak mengapa, kata teman-teman kalau mau berobat lebih baik agak lambat
karena kalau sore-sore banyak pasien sehingga kita harus lama sekali menunggu.
Sambil menunggu waktu sholat mahgrib, sebelum berangkat ke
rumah sakit aku membaca dulu sambil tiduran. Dan aku ketiduran entah berapa
lama. Tanpa melihat dulu jam ketika bangun, aku langsung pergi ke rumah sakit
untuk menemui dokter yang kata teman-teman hari ini buka praktek di rumah sakit
perkebunan.
Aku menolak tawaran Haris yang bersedia mengantar aku, ah
... terlalu banyak kebaikan yang diberikannya kepadaku. Entah dengan apa aku
harus membalasnya. Aku belum mengerti akan sikap orang yang katu ini, padahal
tiga tahun yang lalu aku pernah menyakiti hatinya, menolak cintanya yang tulus.
Dan aku memilih satu diantara sangiannya.
Tetapi walaupun begitu Haris tidak pernah merasa sakit
hatimalahan ketika aku hendak melangsungkan pernikahan dengan Farid ia mau
membantu segala macam persiapan. Ketika acara pernikahan itu tidak bisa
dilangsungkan karena Farid meninggal tabrakan, Haris selalu menghiburku. Bahkan
ketika aku sudah tidak tahan lagi tonggal di kotaku, Haris pulalah yang
menawakan jasanya memberi petunjuk supaya aku pindah saja dari kampung halamanku.
Ia mencarikan pekerjaan untukku, dan pindahlah aku bekerja di kota Sukaresik
ini. Walaupun selama ini ia tidak pernah lagi menyinggung soal cintanya yang
dulu pernahaku hanya menganggap dia sebagai kakak dan tidak lebih dari itu.
Aku lupa memakai jam tanganku, sehingga aku tidak tahu pukul
berapa saat ini. Aku menghancur dengan motorku menembus kegelapan malam. Udara
sangat dingin, tapi aku yakin sekali hari masih sore, baru kira-kira pukul
setengah tujuh. Tepat sekali kalau aku datang jam-jam begini, karena
kemungkinan pasien sudah tidak begitu banyak.
Pernah sekali aku lewat di depan rumah sakit itu ketika
jalan-jalan bersama Haris. Rumah sakit itu tidak begitu besar, tapi keadaannya
masih baik, walaupun bangunannya sudah sangat tua. Sudah mengalami beberapa
kali perbaikan rupanya, karena menurut cerita Haris, rumah sakit itu dibangun
sekitar tahun seribu sembilan ratus. Dan itulah sebabnya bangunan rumah sakit
itu kelihatan sangat angker ditambah lagi pohon-pohon besar disekililingnya.
Ketika aku lewat seminggu yang lalu rumah sakit itu
kelihatan sangat sepi, hanya satu-dua orang datang berobat. Tetapi entahlah
kalau memang pada hari itu dokternya sedang tidak praktek. Kata ibu sebelah
rumahku, dokter rumah sakit itu datang seminggu dua kali. Aku lua menanyakan
siapa nama dokternya. Yang aku tahu, doketr itu praktek pada hari seni dan
kamis. Kebetulan hari itu kamis malam Jum’at.
Jalan yang kulewati sepi sekali, namun aku tidak merasa
takut. Kukira rumah sakit juga masih ramai seperti yang diceritakan Bu Ritna,
katanya kalau ada praktek pasti pasiennya banyak bahkan sering sampai jauh
malam.
Aku merasa heran, mengapa masih sore begini, keadaan jalan
sunyi sekali, hanya sebelum memasui kompleks perumahan saja ramai. Disana masih
banyak bis-bis malam yang lewat. Dan jalan kecil yang kulalui ini begitu sunyi
tidak ada sebuhah kendaraanpun perpapasan denganku.
Agak meremang buluk kudukku tadi ketika mulai memasuki kompleks
perumahan itu,karena di kiri kanan jalan yaitu disela-sela bangun tua itu
tumbuh pohon-pohon raksasa menjulang tinggi sehingga bulan penuh yang menyinari
pohon-pohon membuat bayangan hitam pada rumah-rumah
Diambil dari Novel “Menembus waktu” Bab II
Oleh : Yati Sadeli
Bonus majalah kartini no 284
Prosa ini menggambarkan hubungan :
1.
Manusia dan Harapan
Pada kalimat “ Tak mengapa, kata teman-teman kalau mau berobat lebih baik
agak lambat karena kalau sore-sore banyak pasien sehingga kita harus lama sekali
menunggu”.
2.
Manusia dan Cinta Kasih
Pada alinea ke 3, kalimat ke 3
“Aku
belum mengerti akan sikap orang yang satu ini, padahal tiga tahun yang lalu aku
pernah menyakiti hatinya, menolak cintanya yang tulus”.
Komentar
Posting Komentar