Berbagai Hal dalam Desain Grafis
DESAIN GRAFIS
5 Hal yang Wajib dalam Desain Grafis
Skill
Desainer Grafis
Untuk
membuat sebuah karya desain yang menarik dan bisa diterima serta menyesuaikan
dengan tren dan pesannya tersampaikan maka ada beberapa hal yang wajib dimiliki
oleh seorang desainer grafis yaitu:
1. Gambar/Foto
Foto
atau gambar merupakan unsur desain yang sangat penting. Gambar sangat mendukung
dalam desain karena membuat desain menjadi lebih hidup, dinamis dan tidak
gersang. Untuk itu seorang desainer wajib memiliki koleksi foto-foto atau
gambar untuk mendukung desainnya. Terutama foto-foto dari hasil jepretan kamera
pribadi – jika memang hobi terhadap photography – karena bila digunakan dalam
desain komersial maka tidak ada pelanggaran hak cipta dari penggunaan foto-foto
tersebut.
Memang
saat ini foto atau gambar bisa mudah didapatkan di internet melalui
website-website penyedia stok foto berbayar seperti istokphoto.com, dreamline.com dan
lainnya. Tetapi jika desain yang dibuat bukan bertujuan komersial bisa
menggunakan foto/gambar gratis yang tersebar di internet. Intinya selalu miliki
koleksi foto atau gambar pribadi sebagai pendukung desain anda.
2. Font
Selain
foto seorang grafis desainer wajib memiliki koleksi font / jenis huruf sebagai
penunjang desainnya. Pemilihan jenis font yang tepat yang akan dipergunakan
dalam desain akan membuat desain yang sederhana sekalipun akan terlihat menarik
dan eye catching.
Untuk
memahami penggunaan font dalam desain bisa mempelajari ilmu typography yaitu suatu
ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada
ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat
menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dengan
begitu perpaduan font dan foto bisa selaras dan menghasilkan desain yang
menarik.
Banyak
website-website penyedia font gratisan seperti Dafont.com yang
merupakan website favorit saya dalam mencari font-font terbaru dan tentu saja
gratis. Bahkan saya memiliki koleksi font terpilih sebanyak 4500 jenis font
yang sudah saya seleksi dan layak untuk digunakan dalam desain.
3. Skill
Yang
dimaksud skill di sini adalah skill dalam penggunaan software desain. Beberapa
software desain yang sering digunakan untuk bitmap antara lain Adobe Photoshop,
Corel Photo Paint. Untuk vektor antara lain Adobe Illustrator, Corel Draw,
Adobe Freehand. Untuk layout desain biasanya menggunakan Adobe InDesign.
Skill
penggunaan software bisa dipelajari lewat sekolah desain atau kursus desain.
Bahkan jika mau bisa dipelajari secara otodidak melalui buku-buku desain
ataupun referensi website desain. Seperti yang saya lakukan, saya belajar
desain secara otodidak sejak tahun 2003, meskipun di tahun 2012 saya mengambil
kursus desain selama 6 bulan hanya ingin mengetahui teori desain apa saja yang
diajarkan dalam literatur pendidikan desain dan memperdalam desain grafis
fundamental serta desain komunikasi visual.
Tetapi
ingat penguasaan software-software desain hanya merupakan tools atau
alat saja sebagai penunjang untuk memudahkan Anda menyelesaikan pekerjaan
desain Anda. Tanpa penguasaan software pun Anda bisa membuat desain secara
tradisional melalu hand drawing yang tidak semua orang mempunyai
kemampuan ini. Jadi skill menguasai software hanya sebagai sarana pelengkap
saja sebagai desainer grafis.
4. Sense
of Desain
Dari
3 hal yang telah disebutkan sebelumnya ada satu hal yang paling penting
bagi seseorang desainer grafis, yaituSense of Design. Untuk foto bisa mudah
dikoleksi, begitu juga font sangat mudah dikoleksi. Skill bisa dipelajari
melalui sekolah maupun kursus tetapi untuk sense of design sangat
bergantung karena hal ini berkaitan dengan bakat seseorang.
Sense
of design ini mencakup secara keseluruhan dari sebuah karya desain seperti
pemilihan warna yang tepat, layout yang eye catching, permainan jenis font
yang menarik, foto yang sesuai dengan tema yang inginkan sehingga menghasilkan
karya desain yang dapat diterima secara layak. Tidak ada cara lain untuk
mengasah sense of design ini selain dengan berlatih terus menerus
sampai mendapatkan sense nya. Setiap orang mempunyai sense of design ini
hanya saja belum terlatih untuk digunakan secara maksimal.
5. Konsep
Desain
Dari
ke empat hal yang wajib dimililiki ada satu hal yang benar-benar wajib
dimiliki, yaitu seorang desainer grafis harus mempunyai sebuah konsep desain
dalam membuat suatu project desain karena itu akan menuntun dia agar hasil
desainnya sesuai dengan permintaan kliennya. Suatu konsep desain sangat
diperlukan agar hasil yang dicapai tidak melenceng dari yang diharapkan dan
pesan yang disampaikan sesuai dengan targetnya jadi bukan hanya sekedar
tampilan yang bagus saja. Selain itu harus ditunjang juga dengan
pengetahuan mengenai desain komunikasi visual sehingga pesan yang terdapat di
dalam desain tersebut akan tersampaikan kepada audiens yang melihatnya. Desain
komunikasi visual (DKV) ini bisa dipelajari melalui buku-buku yang sekarang
sudah banyak beredar tentang ilmu ini atau juga melalui jurusan DKV di
beberapa universitas di Indonesia.
6 Unsur yang Penting dalam Desain
Grafis
1. Garis
(Line)
Garis
dapat dimaknai sebagai jejak sesuatu. Goresan pensil, pena atau mouse di
komputer dan lain sebagainya. Garis tidak memiliki kedalaman (depth), hanya
memiliki ketebalan dan panjang. Oleh karena itu, garis adalah elemen satu
dimensi.
Wujud
garis dangat bervariasi. Garis lurus mengesankan kaku dan formal, garis
lengkung memberikan kesan lembut dan luwes, garis zig-zag berarti keras dan
dinamis, garis tidak beraturan berarti fleksibel dan tidak formal. Kemudian,
garis horizontal mengesankan pasif, tenang dan damai. Garis vertikal memiliki
kesan stabil, gagah dan elegan. Garis diagonal dapat diartikan sebagai makna
aktif, dinamis dan menarik perhatian. Masih banyak variasi lainnya yang biasa
digunakan, seperti garis putus-putus, gradasi, tebal tipis, dan sebagainya.
Dengan
mengubah tekanan, lekukan, dan ketebalan pada sebuah garis, dapat memberikan
perbedaan dalam perasaan dan juga dalam menstimulus ataupun mengeksekusi sebuah
ide. (sumber gambar: sitepoint.com)
Bangunan
bernama Cubic House yang berada di Netherland ini pun menggunakan unsur-unsur
garis yang sangat kental dalam desain arsitekturnya. (sumber gambar:
unusual-architecture.com)
Garis
dalam pemahaman semiotika, memiliki arti yang lebih luas lagi, yaitu elemen
yang tidak selalu tergores di atas kertas. Deretan tiang lampu, repetisi
pepohonan di jalan, kemudian kolom-kolom arsitektur juga dapat dimaknai sebagai
garis.
Penggunaan
garis perlu diperhitungkan secara cermat, sehingga tidak terkesan asal-asalan
dan dipaksakan. Tujuan dari desain komunikasi visual adalah untuk menyajikan
informasi baik verbal maupun visual, agar dapat ditangkap dengan mudah, menarik
dan menyenangkan sekaligus mengesankan. Selain itu, desainer grafis dapat
menggunakan garis sebagai ilustrasi.
2. Bidang
(Shape)
Shape
atau bidang adalah segala bentuk apapun yang memiliki dimensi tinggi dan lebar.
Bidang dapat berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran, segitiga, segiempat,
elips, setengah lingkaran dan sebagainya) dan bentuk-bentuk yang tidak
beraturan.
Bidang
geometris memiliki kesan formal, sebaliknya, bidang non geometris memiliki
kesan tidak formal dan dinamis.
Dalam
dunia desain grafis, pengertian bidang tidak terbatas hanya itu saja. Area
kosong yang berada di antara elemen-elemen visual dan space yang mengelilingi
gambar/foto, bisa juga disebut sebagai bidang. Blank space (bidang kosong)
bahkan bisa dianggap sebagai elemen desain. Bidang kosong dimaksudkan untuk
menambah kenyamanan baca dan menimbulkan gairah membaca juga memberikan kesan
nyaman dan “bernapas” dan memberikan tekanan kepada obyek visual yang ada dalam
sebuah desain.
Contoh
penggunaan bidang tak beraturan sebagai poster. (sumber gambar: behance.net)
3. Warna
(Colour)
Warna
adalah elemen visual penarik perhatian paling utama. Bila penggunaan pada warna
salah, maka kualitas, citra, keterbacaan, pun akan salah. Sebagai contoh adalah
warna yang lembut akan memancarkan kesan romantis dan ketenangan.
Sedangkan
warna-warna tegas dan kuat akan memberi kesan dinamis. Penggunaan yang salah
tempat tentu akan menimbulkan kesan di benak audiens yang salah.
Perbedaan
penggunaan warna akan menghasilkan kesan visual yang berbeda. (sumber gambar:
devoxsols.com)
Warna
memiliki karakteristik, kegunaan, dan makna masing-masing. Dalam seni rupa,
warna kemudian dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu:
DIMENSI
PERTAMA: HUE
Pembagian
warna berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru, hijau, kuning, dan
seterusnya. Berdasarkan Hue, warna kemudian dibagi lagi menjadi tiga golongan,
yaitu:
Primary
Colors (Warna Primer). Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.
Secondary
Colors (Warna Sekunder). Warna sekunder merupakan campuran dua warna primer
dengan perbandingan seimbang (1:1), yang kemudian menghasilkan warna oranye
(hasil percampuran merah dan kuning), hijau (hasil percampuran kuning dan
biru), kemudian ungu (hasil percampuran biru dan merah).
Bila
warna sekunder kemudian dicampur dengan warna primer, yang terjadi kemudian
adalah warna tersier (tertiary colors), yaitu kuning-oranye, merah-oranye,
merah-ungu, biru-ungu, biru-hijau, dan kuning-hijau.
Dalam
percetakan, warna yang digunakan adalah empat warna pokok yang biasa disebut
dengan CMYK, yang merupakan kependekan dari Cyan (light blue), Magenta (pinky
red), Yellow, dan Black. Semua hasil cetak yang berwarna-warni hanyalah hasil
percampuran empat warna itu.
Secara
visual, warna dibagi menjadi dua golongan, yaitu Warm Color (warna panas), dan
Cool Color (warna dingin). Warna-warna yang masuk kategori Warm Color contohnya
adalah merah, merah-oranye, kuning-oranye, kuning, kuning-hijau, ataupun
merah-ungu yang bila ditampilkan pada sebuah visual menghasilkan kesan hangat.
Sedangkan warna-warna yang masuk kategori Cool Color contohnya adalah warna
hijau, biru, hijau-biru, biru-ungu, dan ungu. Warna-warna tersebut bila
divisualkan akan menghasilkan kesan warna yang statis, kalem, pasif, dan tidak mengundang
perhatian lebih heboh.
Penggunaan
warm color dan cool color pada sebuah desain. (sumber gambar: inspirefirst.com)
DIMENSI
KEDUA: VALUE
Yaitu
terang-gelapnya warna. Pada dasarnya, semua warna dapat diterangkan (yang
kemudian muncul kesan lebih muda), ataupun digelapkan (yang kemudian muncul
kesan lebih tua).
Contohnya
adalah warna biru. Apabila dimudakan atau diterangkan, hasilnya adalah biru
muda yang segar, dan apabila dituakan atau digelapkan hasilnya adalah biru tua
yang tegas. Warna-warna yang dimudakan dengan cara menambahkan unsur-unsur
putih disebut dengan warna Tint. Sedangkan, warna yang dituakan dengan cara
menambahkan sedikit unsur hitam disebut dengan warna Shade.
Dalam
komputer, cara melembutkan warna adalah dengan mengurangi presentase
unsur-unsur warnanya atau dengan menambah sedikit unsur warna hitamnya untuk
membuat warna makin ke arah gelap.
Misalnya
adalah dengan warna hijau yang unsur Cyan dan Blacknya 100%, dapat diubah
dengan Cyan (20%) dan Yellow (20%). Hasilnya akan didapati warna hijau yang
lebih muda. Atau, bila ingin warna hijau tersebut menjadi lebih tua, cukup
ditambahkan Cyan (100%), Yellow (100%) dan Black (30%).
DIMENSI
KETIGA: INTENSITY
Yaitu
Tingkat kemurnian atau kejernihan warna (brigtness of color). Warna-warna yang
belum dicampur dan masih murni disebut pure hue. Para seniman lukis umumnya
kurang menyukai warna-warna murni, karena terlalu mentah untuk diaplikasikan
dalam sebuah lukisan.
4. Gelap-Terang
(Value)
Salah
satu cara terbaik untuk memudahkan unsur penangkapan pesan dalam visual grafis
adalah dengan mengatur gelap dan terangnya. Ada dua pembagian dalam kategori
ini, yaitu Low Contrast Value yang berarti penggunaan warna-warna yang kurang
kontras. Visual yang dihasilkan akan cenderung kalem, statis, dan sederhana
serta tenang. Sedangkan yang kedua adalah High Contrast Value, yaitu penggunaan
warna-warna kontras dengan ekstrim, sehingga menghasilkan visual yang enerjik,
ceria, dinamis, dramatis, dan penuh gairah.
Penggunaan
high contrast value dalam desain web, antara kuning mencolok dengan hitam yang
sangat kontras dan menarik perhatian audiens. (sumber gambar:
smashingmagazine.com)
Berdasarkan
nilai dalam gelap dan terangnya, warna dibagi menjadi beberapa tingkatan.
Paling terang adalah warna putih, kemudian warna tergelap adalah hitam.
Aturannya, warna gelap akan terbaca jika ditempatkan pada background terang.
Begitu pula sebaliknya, warna terang akan sangat mudah terbaca jika ditempatkan
pada background gelap.
Penggunaan
prinsip value pada sebuah desain. (sumber gambar: exergian.com)
5. Tekstur
(Texture)
Tekstur
merupakan nilai raba atau lebih mudahnya adalah halus dan kasarnya sebuah
permukaan benda. Dalam desain grafis, penggunaan tekstur dapat dimayakan untuk
memberikan visual yang lebih berkarakter. Tekstur sering digunakan untuk
mengatur keseimbangan dan kontras dalam sebuah desain komunikasi visual.
Penggunaan
background dengan tekstur halus pada sebuah desain karya Soad2k. (sumber
gambar: inspirefirst.com)
6. Format
(Format)
Panjang
dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan kecilnya suatu elemen visual
perlu diperhatikan. Tujuannya agar keterbacaan dapat tersajikan dengan baik.
Untuk
mengatur format dalam sebuah desain visual perlu dibuat yang namanya Visual
Hierarchy (skala prioritas). Caranya adalah dengan mengurutkan hal-hal penting
untuk ditampilkan lebih utama, baru kemudian yang tidak penting. Tujuannya agar
pembaca tahu bagian mana yang harus dibaca atau dilihat terlebih dahulu. Demikian
pula dengan peletakan font, warna, bentuk, posisi, dan semuanya yang perlu
menjadi bagian mana yang bagian utama dan bagian pendukung.
Perbedaan
ukuran yang diperhitungkan secara proporsional akan membantu audiens dalam
memilih informasi yang perlu didahulukan. Tidak semua informasi yang
disampaikan itu penting, sehingga semua elemen berukuran besar dan mencolok.
Desain yang seperti itu akan sangat riuh, dan sangat membingungkan. Oleh itulah
perlu diperhatikan skala prioritasnya, mulai dari bagian mana yang sangat
penting, penting, hingga yang kurang penting.
Penggunaan
format yang baik akan membuat keterbacaan lebih mudah dicerna. (sumber gambar:
designboom.com).
REFERENSI
Komentar
Posting Komentar